Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Cara Investor Sehingga Dapat Menganalisis Sendiri Nilai Saham

Ketika suatu saham sudah sudah diperdagangkan di bursa saham maka harga yang terjadi dikenal dengan harga pasar. Harga pasar merupakan harga permintaan dari semua pihak dan secara logika maka harga pasar selalu lebih tinggi dari harga intrinsik (Harga intrinsik atau harga wajar saham ini merupakan harga yang dihitung berdasarkan informasi dari perusahaan). Selisih harga pasar dengan harga intrinsik dengan harga yang disebabkan sentimen pasar.

Jika sentimen negatif yang terjadi maka harga pasar akan lebih kecil dari harga intrinsik. Manajer perusahaan biasanya akan membeli saham perusahaan ketika harga saham tersebut dianggap kemurahan (di bawah harga intrinsik) dan menjualnya kembali bila harga pasarnya sudah jauh di atas harga intrinsik. Jika sentimen negatif yang terjadi maka harga pasar akan lebih kecil dari harga intrinsik. Manajer perusahaan biasanya akan membeli saham perusahaan ketika harga saham tersebut dianggap kemurahan (di bawah harga intrinsik) dan menjualnya kembali bila harga pasarnya sudah jauh diatas harga intrinsik.

Seorang investor Ritel seperti saya yang sedang menyiapkan tabungan untuk anak biasanya akan bertanya kepada para ahli tentang harga saham yang sedang diperdagangkan di bursa. Ahli yang dimaksud adalah dari pihak Manager Investasi dan dari pihak perusahaan sekuritas, yang menyediakan analisis beli (buying analyst) dan analisis jual (selling analyst). Seorang Analis beli biasanya bekerja pada perusahaan manajer investasi dan analis ini harus menghitung nilai intrinsik saham dengan seksama karena kapital gain yang besar dibutuhkan untuk mendapatkan tingkat pengembalian yang tinggi. Sementara Seorang analis jual biasanya bekerja pada perusahaan sekuritas yang kerjanya memberikan nasihat kepada investor dalam rangka membeli dan menjual saham tersebut. Contoh : IndoPremier sekuritas dimana saya juga telah menjadi nasabahnya, setiap hari memberikan rekomendasi beli dan jual untuk saham yang diperdagangkan di bursa kepada nasabahnya atau investor yang telah membuka rekening RDI di IndoPremier. Rekomendasi ini diberikan secara harian melalui aplikasi IPOT sebelum jam perdagangan reguler dimulai.

Investor dapat menganalisis sendiri nilai saham. Dalam menganalisis perusahaan dalam rangka investasi tersebut dapat dilakukan dengan cara menghitung nilai Intrinsik-nya. Penilaian perusahaan ini dapat dilakukan dengan beberapa metode, yang sering dipakai ada 2 yaitu pendekatan relatif dan pendekatan diskonto.

1. Penilaian Relatif
Adapun pendekatan relatif sebagai berikut.
a. Nilai buku
Pendekatan Nilai Buku ini merupakan pendekatan yang sederhana karena perhitungannya sangat mudah. Pendekatan ini menyatakan bahwa setiap perusahaan mempunyai nilai buku ketika nilai buku merupakan nilai ekuitas dibagi dengan jumlah saham yang diterbitkan perusahaan. Perusahaan yang dapat dipergunakan untuk pendekatan ini adalah perbankan.

b. NTA (net tangible assets)
Pendekatan NTA ini sedikit lebih rumit dari PBV karena harus memperhitungkan aset tidak berwujud. Dalam penyelesaian hutang-hutang dan tinggal ekuitas maka aset yang ada masih mengandung aset tidak berwujud seperti goodwill, hak cipta, dan biaya yang telah dibayar, tetapi belum sepenuhnya dianggap sebagai biaya, misalnya biaya IPO. 

c. Harga terhadap penjualan (PS)
Pendekatan PS ini hampir sama dengan PBV, tetapi dalam perhitungan ini dipergunakan penjualan per unit saham untuk proyeksi ke depan. Rasio ini diperbandingkan dengan perusahaan sejenis yang umumnya bahan baku yang diperoleh sangat mudah dan tidak ada risiko perusahaan sehingga kemampuan perusahaan untuk menjual sebanyak-banyaknya menjadi ukuran yang tepat. Perusahaan yang dapat dipergunakan untuk pendekatan ini perusahaan retail.

d. PER
Price Earning Ratio (PER) merupakan ukuran penilaian saham yang sering dipergunakan berbagai pihak terutama untuk menentukan harga saham untuk IPO manakala rasio ini merupakan hasil bagi antara harga pada sekarang dibagi dengan laba bersih proyeksi di masa mendatang. Rasio ini sangat sering dipergunakan karena sangat mudah memahaminya dan masuk dalam pemikiran secara sederhana. Dalam menghitung rasio ini, investor harus bisa melakukan proyeksi pendapatan sampai dengan laba bersih beberapa tahun ke depan.

e. EV to EBITDA
Ukuran ini merupakan ukuran yang juga sering dipergunakan analis saham atau para peminat evaluasi perusahaan dalam menganalisis nilai perusahaan.

2. Pendekatan Diskonto
Pendekatan relatif telah diuraikan, selanjutnya ingin diuraikan pendekatan diskonto (discounted). Pendekatan diskonto ini berbeda dengan pendekatan relatif dikarenakan pendekatan ini memerlukan diskonto dalam memperhitungkan harga saham sekarang. Pendekatan ini menyatakan bahwa harga saham sekarang merupakan arus kas yang diterima di masa mendatang dan dinilai sekarang. Asumsi yang dipakai dalam pendekatan ini bahwa pembelian saham merupakan pembelian prospek perusahaan. Penilaian arus kas yang diterima menjadi harga sekarang memerlukan diskonto sehingga nilai tersebut dapat diperbandingkan dengan nilai harga saham sekarang.

Contoh  ilustrasi singkat kondisi dimana seorang investor telah melakukan penilaian harga saham :
Bank Jabar dan Banten (BJBR) saat ini akan melakukan aksi korporasi yaitu pembagian deviden dan rencana bergabungnya Bank Banten (BEKS) ke BJBR. Mengakibatkan nilai saham BJBR bergerak naik dan pada akhir minggu ini (Akhir April 2020) ditutup melemah. Dengan harga saham perlembar Rp. 910,- , layakkah saham ini dibeli ?
Berdasarkan perhitungan dari PBV BJBR dengan harga 910 ada di angka 0,74. Padahal dalam keadaan normal BJBR biasa diperdagangkan pada PBV 2,28 x sampai 3,36x. Bila mengacu pada PBV 1 kali maka BJBR masih berpeluang naik ke level Rp.1.236,-. Melihat aksi koroporasi bank yang di nilai positif membuat rekomendasi beli untuk saham BJBR ini karena masih dianggap harganya murah.